APAKAH ANDA CUKUP PERCAYA DIRI ?
Dari
email-email yang masuk pada webkonseling, banyak sekali yang bertanya-tanya dan
mengeluhkan mengenai kepercayaan diri. Rupanya kepercayaan diri merupakan salah
satu masalah yang cukup sering dialami oleh banyak orang. Ini wajar saja karena
kepercayaan diri menyangkut banyak aspek dari kehidupan kita, sebut saja pada
saat kita berinteraksi dengan orang lain, masuk ke lingkungan baru, berteman,
bekerja dll.
APA ITU PERCAYA DIRI?
Percaya
diri merupakan salah satu bentuk perasaan yang muncul dari dalam diri sendiri
(bersifat internal). Bila kita lihat dari kata ‘percaya diri’, artinya adalah
percaya kepada diri sendiri. Kata percaya ini dapat berarti kita memiliki
keyakinan dan kepercayaan pada diri kita sendiri, bahwa kita bisa meraih
sesuatu, melakukan sesuatu, memiliki sesuatu dan berhak akan sesuatu yang
tentunya dalam arti yang positif. Merasa percaya diri artinya kita menerima
diri kita apa adanya, baik dari kekurangan dan kelebihan. Bahkan orang yang
punya kepercayaan diri cenderung untuk fokus pada kelebihannya ketimbang
kekurangannya.
Orang
yang percaya diri melihat dirinya tidak lebih buruk dari orang lain. Apapun
kajadian yang dialami, apapun komentar dari orang lain, apapun peristiwa yang
terjadi, ia dapat tetap bertahan dan yakin pada dirinya. Ibaratnya seperti batu
kali, seberapa deras airnya, terhanyut hingga manapun, tetap keras layaknya
batu.
DARI MANA ASALNYA PERCAYA DIRI?
Percaya
diri berasal dari gabungan antara poin-poin dibawah ini:
1.
Pembentukan dari
lingkungan sekitar kita.
Percaya diri muncul dari bagaimana lingkungan
kita terutama keluarga kita mempengaruhi ataupun membentuk kita. Bila dari
kecil kita biasa didukung, diberikan umpan baik positif dan diterima maka
kemungkinan kita lebih menerima diri kita menjadi lebih besar. Selain itu,
lingkungan sosial juga memiliki peran dimana bila lingkungan sosial kita dapat
menerima kita dengan baik, maka akan mempengaruhi pandangan positif kita terhadap diri kita sendiri.
2.
Proses belajar
dari pengalaman yang dialami sepanjang hidup kita
Sepanjang perjalanan hidup kita, pengalaman apa yang
kita dapatkan. Apakah lebih banyak pengalaman positif atau negatif. Bilapun
mendapatkan pengalaman negatif, adakah dukungan secara emosi dari lingkungan
sekitar kita? (misalnya,
kegagalan, di-bully, dikritik dll).
3.
Faktor internal
dalam diri sendiri.
Bagaimana seseorang dibiasakan untuk memandang
dirinya sendiri. Jika seseorang terbiasa untuk memandang dirinya secara negatif
(Misalnya, kurang pintar, kurang, baik, kurang menarik dll), maka ia dapat
muncul sebagai pribadi yang tidak percaya diri. Sebaliknya orang yang terbiasa
untuk berpikir positif akan dirinya dalam setiap kesempatan, akan dapat merasa
lebih percaya diri.
Sehingga
bagaimana kepercayaan diri terbentuk adalah bergantung dari pengalaman dan
situasi disekitar kita serta bagaimana diri kita sendiri memandang kejadian
tersebut.
Misalnya,,
anak yang terlalu sering dikritik oleh lingungan, tanpa ada dukungan, maka ia
pun akan lebih mempertanyakan dirinya ketimbang orang yang selalu mendapat
dukungan meski pengalamannya juga negatif.
Disisi
lain orang yang mengalami kejadian negatif, namun tetap memiliki dukungan dan
yakin pada dirinya sendiri, maka ia akan tetap dapat mempertahankan rasa
percaya dirinya.
BAGAIMANA CARANYA MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI ?
1.
Mengakui dan
mempercayai kelebihan
Setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan.
Hanya saja banyak yang tidak menyadari kelebihannya dan terlalu terfokus pada
kekurangannya. Kelebihan dapat berasal dari manapun, seperti kemampuan,
kepribadian, sikap, prestasi, penampilan dll. Dengan menyadari ini , maka sama
dengan menyadari adanya potensi diri. Sehingga kekurangan dalam satu bidang
tidak lantas akan menjatuhkan percaya dirinya, karena ia tahu bahwa ia masih memiliki
kelebihan lainnya.
2.
Menerima
kekurangan
Percaya bahwa tidak ada orang yang sempurna. Menerima
kekurangan dengan lapang dada, dan terus berusaha untuk memperbaiki kekurangan
tersebut. Selain itu bisa juga dengan mengkompensasikan kekurangan dengan melakukan
hal lain yang lebih positif. Misanya, penampilan tidak terlalu menarik, namun
berusaha untuk memiliki kepribadian yang menarik.
3.
Tidak membuat
kesimpulan dengan cepat atas pemikiran orang lain
Apapun komentar dan perbuatan orang lain tidak kita
telan mentah-mentah dan lantas membuat kesimpulan yang negatif atas diri kita.
Ini dikarenakan perbuatan dan komentar orang lain belum tentu obyektif. Selain
itu pola berpikir kita pun juga belum tentu obyektif dalam menanggapi komentar
dan perbuatan orang lain. Misalnya, teman berkata “baju kamu kurang ok”. Kata
demikian bukan berarti kita memiliki penampilan yang tidak menarik dan bagus.
Anggap saja itu sebuah masukan dan bisa membuat kita lebih baik lagi kedepanya
tanpa menganggap diri kita kurang menarik.
4.
Memandang
kejadian disekitar dengan positif bukan negatif.
Apapun kejadian negatif yang terjadi disekitar kita,
usahakan untuk mencari sisi positifnya. Misalnya, kegagalan, dimarahi dan
dikoreksi oleh orang lain. Lihatlah dari sisi yang lebih positif untuk mengembangkan
diri bukan kemudian menilai diri dengan negatif atas kejadian tersebut.
5.
Bela dan dukung
diri sendiri bilapun orang disekitar kita tidak dapat mendukung kita.
Jika pun tidak ada orang lain yang mendukung dan
menaikan harga diri kita, maka kita harus tetap mendukung dan menghargai diri
sendiri. Siapa lagi yang bisa mengangkat derajat dan menyayangi diri kita,
selain diri kita sendiri.
6.
Tidak terlalu
menyalahkan diri atas segala kejadian
Mencoba untuk melihat segala kejadian dari sisi yang
berbeda dan bukan hanya dari sisi diri sendiri (think out of the box). Ini dimaksudkan agar kita tidak selalu
menyalahkan diri kita atas segala kejadian dan melihat adanya faktor-faktor
lain yang berkontribusi. Dengan demikian, kita tidak akan menjatuhkan diri kita
sendiri pada saat mengalami hal yang negatif.
Semoga
Bermanfaat!!
Tara
de Thouars
2 komentar:
saya sngt b'mslh dng yg namanya PD, aplgi klo udah b'hadapn dng lawan jenis (perempuan) kdang bisa smp speechless, mka tk heran smp umur yg hmpir menginjak se/4 abad ini saya blum prnh sekalipun mengalami yg namanya pacaran... dri pandangan psikologis apakah seseorang perlu u/ menjalani yg namanya pacaran?
teman wanita aja kagak punya aplgi pacaran...sungguh aneh saya orang!!!
hehe..
Emperor 87
Penting atau tidaknya untuk menjalani pacaran kembali kepada masing-masing individu. Namun dari sisi psikologis, masa pacaran sebenarnya adalah proses pendekatan. Pacaran hanyalah status, sehingga kembali kepada persepsi masing-masing orang. Namun, masa pendekatan merupakan bagian yang cukup penting untuk lbh mengenali pasangan sehingga pasangan bisa beradaptasi terhadap masing-masing karakter dan sikap.
Posting Komentar