Selasa, 01 Mei 2012




APAKAH ANDA CUKUP PERCAYA DIRI ?

Dari email-email yang masuk pada webkonseling, banyak sekali yang bertanya-tanya dan mengeluhkan mengenai kepercayaan diri. Rupanya kepercayaan diri merupakan salah satu masalah yang cukup sering dialami oleh banyak orang. Ini wajar saja karena kepercayaan diri menyangkut banyak aspek dari kehidupan kita, sebut saja pada saat kita berinteraksi dengan orang lain, masuk ke lingkungan baru, berteman, bekerja dll.

APA ITU PERCAYA DIRI?

Percaya diri merupakan salah satu bentuk perasaan yang muncul dari dalam diri sendiri (bersifat internal). Bila kita lihat dari kata ‘percaya diri’, artinya adalah percaya kepada diri sendiri. Kata percaya ini dapat berarti kita memiliki keyakinan dan kepercayaan pada diri kita sendiri, bahwa kita bisa meraih sesuatu, melakukan sesuatu, memiliki sesuatu dan berhak akan sesuatu yang tentunya dalam arti yang positif. Merasa percaya diri artinya kita menerima diri kita apa adanya, baik dari kekurangan dan kelebihan. Bahkan orang yang punya kepercayaan diri cenderung untuk fokus pada kelebihannya ketimbang kekurangannya.
Orang yang percaya diri melihat dirinya tidak lebih buruk dari orang lain. Apapun kajadian yang dialami, apapun komentar dari orang lain, apapun peristiwa yang terjadi, ia dapat tetap bertahan dan yakin pada dirinya. Ibaratnya seperti batu kali, seberapa deras airnya, terhanyut hingga manapun, tetap keras layaknya batu.

DARI MANA ASALNYA PERCAYA DIRI?

Percaya diri berasal dari gabungan antara poin-poin dibawah ini:

1.    Pembentukan dari lingkungan sekitar kita.
Percaya diri muncul dari bagaimana lingkungan kita terutama keluarga kita mempengaruhi ataupun membentuk kita. Bila dari kecil kita biasa didukung, diberikan umpan baik positif dan diterima maka kemungkinan kita lebih menerima diri kita menjadi lebih besar. Selain itu, lingkungan sosial juga memiliki peran dimana bila lingkungan sosial kita dapat menerima kita dengan baik, maka akan mempengaruhi pandangan positif kita terhadap diri kita sendiri. 

2.    Proses belajar dari pengalaman yang dialami sepanjang hidup kita
Sepanjang perjalanan hidup kita, pengalaman apa yang kita dapatkan. Apakah lebih banyak pengalaman positif atau negatif. Bilapun mendapatkan pengalaman negatif, adakah dukungan secara emosi dari lingkungan sekitar kita?  (misalnya, kegagalan, di-bully, dikritik dll).

3.    Faktor internal dalam diri sendiri.
Bagaimana seseorang dibiasakan untuk memandang dirinya sendiri. Jika seseorang terbiasa untuk memandang dirinya secara negatif (Misalnya, kurang pintar, kurang, baik, kurang menarik dll), maka ia dapat muncul sebagai pribadi yang tidak percaya diri. Sebaliknya orang yang terbiasa untuk berpikir positif akan dirinya dalam setiap kesempatan, akan dapat merasa lebih percaya diri.

Sehingga bagaimana kepercayaan diri terbentuk adalah bergantung dari pengalaman dan situasi disekitar kita serta bagaimana diri kita sendiri memandang kejadian tersebut.
Misalnya,, anak yang terlalu sering dikritik oleh lingungan, tanpa ada dukungan, maka ia pun akan lebih mempertanyakan dirinya ketimbang orang yang selalu mendapat dukungan meski pengalamannya juga negatif.
Disisi lain orang yang mengalami kejadian negatif, namun tetap memiliki dukungan dan yakin pada dirinya sendiri, maka ia akan tetap dapat mempertahankan rasa percaya dirinya.


BAGAIMANA CARANYA MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI ?

1.    Mengakui dan mempercayai kelebihan
Setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Hanya saja banyak yang tidak menyadari kelebihannya dan terlalu terfokus pada kekurangannya. Kelebihan dapat berasal dari manapun, seperti kemampuan, kepribadian, sikap, prestasi, penampilan dll. Dengan menyadari ini , maka sama dengan menyadari adanya potensi diri. Sehingga kekurangan dalam satu bidang tidak lantas akan menjatuhkan percaya dirinya, karena ia tahu bahwa ia masih memiliki kelebihan lainnya.

2.    Menerima kekurangan
Percaya bahwa tidak ada orang yang sempurna. Menerima kekurangan dengan lapang dada, dan terus berusaha untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Selain itu bisa juga dengan mengkompensasikan kekurangan dengan melakukan hal lain yang lebih positif. Misanya, penampilan tidak terlalu menarik, namun berusaha untuk memiliki kepribadian yang menarik.

3.    Tidak membuat kesimpulan dengan cepat atas pemikiran orang lain
Apapun komentar dan perbuatan orang lain tidak kita telan mentah-mentah dan lantas membuat kesimpulan yang negatif atas diri kita. Ini dikarenakan perbuatan dan komentar orang lain belum tentu obyektif. Selain itu pola berpikir kita pun juga belum tentu obyektif dalam menanggapi komentar dan perbuatan orang lain. Misalnya, teman berkata “baju kamu kurang ok”. Kata demikian bukan berarti kita memiliki penampilan yang tidak menarik dan bagus. Anggap saja itu sebuah masukan dan bisa membuat kita lebih baik lagi kedepanya tanpa menganggap diri kita kurang menarik.

4.    Memandang kejadian disekitar dengan positif bukan negatif.
Apapun kejadian negatif yang terjadi disekitar kita, usahakan untuk mencari sisi positifnya. Misalnya, kegagalan, dimarahi dan dikoreksi oleh orang lain. Lihatlah dari sisi yang lebih positif untuk mengembangkan diri bukan kemudian menilai diri dengan negatif atas kejadian tersebut.

5.    Bela dan dukung diri sendiri bilapun orang disekitar kita tidak dapat mendukung kita.
Jika pun tidak ada orang lain yang mendukung dan menaikan harga diri kita, maka kita harus tetap mendukung dan menghargai diri sendiri. Siapa lagi yang bisa mengangkat derajat dan menyayangi diri kita, selain diri kita sendiri.

6.    Tidak terlalu menyalahkan diri atas segala kejadian
Mencoba untuk melihat segala kejadian dari sisi yang berbeda dan bukan hanya dari sisi diri sendiri (think out of the box). Ini dimaksudkan agar kita tidak selalu menyalahkan diri kita atas segala kejadian dan melihat adanya faktor-faktor lain yang berkontribusi. Dengan demikian, kita tidak akan menjatuhkan diri kita sendiri pada saat mengalami hal yang negatif.

Semoga Bermanfaat!!

Tara de Thouars
Webkonseling staff






2 komentar:

Anonim mengatakan...

saya sngt b'mslh dng yg namanya PD, aplgi klo udah b'hadapn dng lawan jenis (perempuan) kdang bisa smp speechless, mka tk heran smp umur yg hmpir menginjak se/4 abad ini saya blum prnh sekalipun mengalami yg namanya pacaran... dri pandangan psikologis apakah seseorang perlu u/ menjalani yg namanya pacaran?
teman wanita aja kagak punya aplgi pacaran...sungguh aneh saya orang!!!
hehe..

Emperor 87

Webkonseling mengatakan...

Penting atau tidaknya untuk menjalani pacaran kembali kepada masing-masing individu. Namun dari sisi psikologis, masa pacaran sebenarnya adalah proses pendekatan. Pacaran hanyalah status, sehingga kembali kepada persepsi masing-masing orang. Namun, masa pendekatan merupakan bagian yang cukup penting untuk lbh mengenali pasangan sehingga pasangan bisa beradaptasi terhadap masing-masing karakter dan sikap.